Rahim Pengganti

Bab 116 "Menjadi Ayah Siaga"



Bab 116 "Menjadi Ayah Siaga"

0Bab 116     

Menjadi Ayah Siaga     

"Pulang sana udah malam gak usah lebai," ucap Bian lagi. Elang hanya bisa pasrah ingin membantah dirinya tidak bisa, karena saat ini Elang sedang mencoba kembali mengambil hati Bian.     

Bian tersenyum puas, saat melihat Elang yang mengalah. Kapan lagi baginya berada di situasi seperti ini, karena Bian tahu saat ini Elang sedang menahan diri nya.     

"Aku pamit ya. Langsung mandi dan istirahat," ucap Elang lembut, sungguh Bian tidak menyangka jika seorang Elang bisa berkata seperti itu. Siska menganggukkan kepalanya tidak ingin membuat kedua pria itu saling tarik urat.     

Bian segera meminta Siska untuk masuk ke dalam rumah, pria itu lalu menatap ke arah mobil yang sejak tadi berhenti tak jauh dari rumahnya. Pria itu lalu mengeluarkan ponselnya, dan mengetikkan sesuatu.     

"Dia juga pergi," ucap Bian kepada orang yang ada di sambungan telpon tersebut, setelah itu. Bian masuk ke dalam rumah, sejak tadi Bian sudah memperhatikan Mobil yang juga berhenti tak jauh dari mobil Elang berhenti, itulah yang membuat Bian sedikit curiga.     

***     

Mobil yang dikendarai oleh Elang sengaja sangat lambat, sehingga mobil yang ada di belakangnya bisa pergi lebih dulu. Sudah sejak dari cafe baru milik Siska, pria itu merasakan kalau ada seseorang yang mengikuti mereka, dan hal itu ternyata benar.     

Baru saja Elang masuk ke dalam mobil, ponselnya berdering tertera nama Bian di sana. Betapa kagetnya Elang, ketika mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Bian. Pria itu jadi semakin yakin, bahwa ada orang yang berusaha mengikuti mereka.     

Dengan jarak yang sedikit jauh namun, masih berada di depan mata Elang pria itu mengikuti kemana perginya mobil tersebut, sembari mencoba menghubungi Jodi untuk mengecek nomor polisinya.     

"Woi, lo gak tah …,"     

"Gue butuh bantuan. Gak usah banyak ngegas, sekarang lo buka laptop dan dengeri apa yang gue sebutin, Bian juga yang menyuruh," potong Elang. Dengan malasnya, Jodi beranjak dari tempat tidurnya, pria itu baru saja ingin memimpikan seorang wanita, tapi nyatanya mimpi nya itu harus kandas begitu saja karena suara dering telpon dari Elang.     

"Buruan," desak Elang.     

"Sabr woi sabar gue baru buka mata sabar kenapa sih," ucap Jodi kesal. Pria itu dengan sangat malas nya membuka laptop yang sudah disimpan. Setelah pulang dari cafe Siska, Jodi langsung merebahkan tubuhnya. Karena selama seminggu ini, pria itu selalu menggantikan semua tugas tugas Elang.     

Sehingga dirinya harus mengerjakan dia tugas sekaligus, itulah yang membuat Jodi sering lembur dan lembur. Dan saat dirinya ingin tidur lebih lama, gangguan itu kembali datang umpatan terlontar di dalam hatinya.     

Jodi sudah bersiap, Elang lalu menyebutkan semua plat nomor polisi yang ada di depan sana. Pria itu masih tetap mengikuti mobil tersebut namun, tetap di jalur yang aman sehingga mobil itu tidak tahu jika ada orang lain yang mengikuti.     

"Itu nomor samaran, sebentar gue lacak dulu," ujar Jodi. Jangan heran untuk ketiga orang itu, jika sudah berkumpul maka tidak ada yang bisa lepas dari mereka. Jodi masih mencari kode rahasia dari nomor plat mobil itu, pria itu terus mengatakan bahwa orang itu bukan orang biasa yang bisa di hadapi dengan mudah.     

"Lo dimana?" tanya Jodi.     

"Daerah Utara," jawabnya.     

"Lo putar balik, dia sepertinya tahu kalau lo ngikutin. Karena hasil yang gue lihat, dia lagi ngakak lo ke sarangnya," ujar Jodi. Tanpa banyak basa basi, Elang langsung putar balik. Pria itu bukannya takut atau tidak mampu menghadapi semuanya sendirian tapi dirinya harus merencanakan sesuatu. Jika ada orang yang dengan sengaja mengikuti mereka, berarti bukan dia yang jadi incaran orang itu tapi bisa saja yang diinginkan adalah Siska.     

***     

Keesokan harinya, Elang langsung pergi ke perusahan Bian. Saat di depan ruangan, dirinya bertemu dengan Andrian pria itu juga seperti ini menyampaikan sesuatu.     

"Bian ada?" tanya Elang.     

"Ada. Di dalam juga sudah ada Pak Alan dan Jodi, gue harus menyampaikan ini kepada kita semua," ujar Andrian. Mendengar hal itu semakin, membuat Elang penasaran. Ini semua pasti ada hubungan nya dengan mobil putih tersebut, segera kedua nya masuk ke dalam ruangan tersebut. Hal yang pertama kali, di lihat oleh Elang adalah semua orang menampilkan ekspresi tegang.     

Kelima pria itu duduk di sana, mereka masih terdiam di tempatnya tanpa berkata sedikit pun. Elang dapat merasakan bahwa, ada sesuatu hal yang terjadi sehingga mereka semua bisa ada di tempat ini.     

"Gue butuh bantuan kalian semua," ujar Bian. Pria itu menghela nafas nya berat, bahkan Bian terlihat sangat stres dari ekspresi wajahnya.     

Jodi lalu menekan sebuah tombol semua orang di tempat itu menatap ke arah layar yang ada di depan mereka.     

"Ada seseorang yang sedang mengintai kita semua. Di sini gue gak tahu apa yang dia cari, yang pasti dia sudah selama beberapa hari ini berada di sekitar kita," ucap Bian.     

Jodi juga menyampaikan beberapa hasil dari penyelidikan nya mengenai beberapa hal penting lain nya. Siapa dan apa yang terjadi di tempat itu.     

"Dia Xavier Alexander," ucap Jodi.     

Deg     

Deg     

Jantung Bian berdetak sangat kencang, mendengar nama itu membuat tubuh Bian menegang seketika. Rahang Bian sudah mengeras, saat mendengar nama yang sudah membuat adiknya menjadi sangat down.     

"Xavier?" tanya Bian. Jodi menganggukkan kepalanya, pria itu lalu kembali menampilkan sosok Xavier tersebut. Dan benar dugaan Bian orang yang di maksud adalah orang yang sama.     

"Xavier selama ini tinggal di Australia. Dia menikah dan memiliki anak namun, hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa istri nya. Yang pasti Xavier datang ke sini, karena memiliki misi khusus. Dia salah satu keluarga Alexander, kalau lo ingat Alexander Crop yang tidak menerima kekalahan saat itu, dia merupakan generasi ke tiga dari keluarga Alexander. Ini masih pandangan gue, yang pasti keluarga Alexander masih dendam atas kekalahan tersebut."     

Bian terdiam, pria itu masih fokus mendengarkan setiap kata yang terlontar oleh Jodi, bukan hanya Jodi saja yang memberikan sebuah fakta baru namun, Andrian dan Alan juga kedua nya juga menjabarkan beberapa kemungkinan yang terjadi mendengar hal itu semakin membuat semua nya terdiam dan tercengang akan apa yang terjadi.     

***     

Setelah pertemuan panjang itu, Bian pulang ke rumah. Pria itu sudah memiliki Elang, untuk mengutus beberapa orang mengawasi rumah nya dari jauh. Bian sangat yakin, ada sesuatu hal yang mereka incar selama ini. Tapi Bian belum tahu hal apa yang ingin di dapat kan oleh mereka. Karena bukan hanya, Bian atau Carissa saja yang diikuti terus menerus semua asisten rumah tangga yang ada di rumah ini juga, dan hal itu membuat pikiran Bian akan sesuatu hal menjadi terpecah.     

"Kamu kenapa Mas?" tanya Carissa. Bian membuka mata nya, setelah sampai ke dalam rumah Bian langsung duduk di sofa ruang tamu. Ekspresi wajah nya, terlihat sangat kelelahan. Carissa yang melihat hal itu segera mengambilkan teh hangat untuk suaminya.     

"Gak apa apa sayang," jawab Bian dengan memaksakan senyum di bibir nya, sembari mengusap perut buncit milik istri nya itu. Kehamilan Carissa yang sudah memasuki usia, delapan bulan membuat Bian selalu menjadi ayah siaga untuk anaknya.     

Bian tidak ingin sesuatu hal yang tidak diinginkan kembali terjadi, semua hal yang di lakukan oleh semua anggota keluarga nya juga selalu di awasi oleh Bian. Cukup kejadian dua tahun lalu, membuat semuanya tidak berjalan dengan baik dan Bian tidak mau hal itu kembali terjadi.     

"Ada masalah di kantor?" tanya Carissa. Wanita hamil itu tidak puas dengan ucapan yang dilontarkan oleh Bian. Bahkan Carissa yakin, masalah kali ini pasti sangat besar sehingga membuat Bian bisa seperti ini.     

"Tidak ada hal serius sayang, semua baik baik saja. Hanya saja memang beberapa hal yang seharusnya di kerja kan lebih cepat terhalang keadaan. Dan juga memang hari ini terlalu banyak pekerjaan yang dilakukan sehingga membuat Mas capek," ucap Bian pria itu mencoba menyakinkan sang istri. Bian tidak mau membuat Carissa menjadi memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Pria itu tidak ingin, hal buruk terjadi pada kandungan istrinya sehingga membuatnya sangat menjaga keadaan Carissa seutuhnya.     

"Ya sudah sekarang kamu mandi terus makan ya Mas, udah aku minta bi Susi untuk menyiapkan semua nya," ujar Carissa. Bian menganggukan kepalanya, kedua nya berjalan ke arah kamar mereka. Tak lupa, Bian mampir ke dalam kamar sang putri di kecupnya dahi Melody setelah itu, Bian dan Carissa kembali ke dalam kamar mereka.     

***     

Siraman air segar membuat pikiran Bian sedikit lebih nyaman, pria itu segera melangkahkan kakinya menuju meja makan di sana sudah ada Carissa yang menunggu dirinya.     

"Duduk Mas. Ini aku goreng ikan sama tahu dan tempe ada ayam juga, sayur asem, balado telur," jelas Carissa.     

Bian lalu meminta istrinya itu mengambilkan beberapa hidangan yang akan dirinya makan, Carissa bahkan ikut makan kembali. Bian hanya tersenyum melihat tingkah laku istri nya yang benar benar bersikap luar biasa.     

Mereka pun makan dengan sangat lahap, Bian bahkan berulang kali meminta tambahan nasi putih untuk diri nya. Sambal yang di buat oleh Carissa memang terbaik, meskipun perut nya sudah sangat membuncit tapi Carissa tetap bahkan wanita itu selalu melakukan tugasnya sebagai seorang istri.     

Selesai makan malam bersama keduanya duduk di sofa ruang tamu. Carissa menyandarkan kepalanya ke dada sang suami.     

"Mas aku makin gendut ya?" tanya Carissa. Mendengar pertanyaan itu membuat, Bian terdiam sungguh hal ini bisa saja menimbulkan suatu permasalahan jika dirinya salah dalam menjawab.     

"Gak kok sayang," jawab Bian. Carissa langsung bangkit dari tidur nya dan menatap ke arah sang suami, dengan tatapan tajam. Bian hanya bisa tersenyum kaku melihat hal itu. Baru saja tadi dirinya memikirkan hal itu, sekarang istrinya sudah memasang wajah kesal.     

"Mas Bian bohong," jawab Carissa. Sudut mata wanita itu berembun, membuat Bian tidak tahu harus bersikap seperti apa. Pria itu lalu memeluk istrinya membawa Carissa masuk ke dalam dekapannya.     

###     

Huah maaf telat banget bab keduanya yaa. Oke terima kasih, buat semuanya. Selamat membaca yaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.